Peran Orang Bau Tanah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Peran serta masyarakat untuk menunjukkan pelayanan pendidikan yang relevan, bermutu, berwawasan keadilan dan pemerataan perlu terus ditingkatkan. |
Peran serta masyarakat untuk menunjukkan pelayanan pendidikan yang relevan, bermutu, berwawasan keadilan dan pemerataan perlu terus ditingkatkan. Peran lebih aktif ini merupakan realisasi dari bentuk demokrasi berkeadilan yang bermakna. (Tim Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, Kemndikbud, 2002).
Untuk mewujudkan peranserta masyarakat dalam bidang pendidikan di seluruh wilayah tanah air, Kemendikbud dalam hal ini Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan Panduan Umum Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah untuk dilaksanakan di setiap lembaga sekolah dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia biar dibuat Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Kiranya ketika ini semua lembaga pendidikan sudah mempunyai kawan kerja yang di sebut Komite Sekolah menyerupai yang dimaksud.
Mengingat keterbatasan kesempatan berkomunikasi dan berkoordinasi untuk berkolaborasi membuat iklim pendidikan yang sesuai harapan, Komite Sekolah dirasa belum sepenuhnya bisa menjembatani pihak sekolah dan orang tua/wali siswa, maka langkah yang lebih baik untuk maju yaitu dibentuknya komunikasi dalam lembaga Paguyuban Orang Tua Siswa di setiap kelas, terutama di sekolah dasar.
Kata paguyuban secara etimologi terbentuk dari kata pa + guyub + an (bahasa Jawa). Guyub berarti rukun (harmonious), atau saling menolong (helpful), bantu-membantu (mutual). Paguyuban secara leksikal berarti kumpulan/asosiasi (association), atau (familiar community). Makara yang dimaksud paguyuban orang bau tanah siswa dalam arti luas yaitu kumpulan/asosiasi orang tua/wali siswa yang dihimpun dalam wadah satu kelas di mana putra/putri mereka duduk di dingklik sekolah untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran biar memperoleh hasil yang memuaskan.
Paguyuban orang tua/wali siswa pada setiap kelas mengadakan komunikasi secara rutin dengan guru kelas pada periode tertentu, misal satu bulan sekali dalam bentuk rapat atau musyawarah pada waktu di luar jam sekolah. Dalam musyawarah tersebut guru kelas memberikan permasalahan atau acara kegiatan kelas secara umum untuk ditanggapi dan ditindaklanjuti bersama demi kelancaran dan keberhasilan KBM. Dalam musyawarah tersebut diharapkan setiap orang tua/wali siswa memberi masukan/pemecahan duduk masalah sehingga segala kegiatan siswa menerima pinjaman konkret dari orang tua/wali. Selain itu bila ada permasalahan kemajuan berguru siswa, orang bau tanah dan guru bisa saling memberi info atau perjuangan bersama mencari solusi. Dengan demikian masyarakat paham terhadap situasi dan kondisi riil dan tidak ada perkiraan bahwa setiap sekolah mengundang orang tua/wali siswa pasti minta dana untuk sekolah.
Kegiatan pertemuan paguyuban tersebut selaras dengan acara sekolah dan komite sekolah, sehingga saling mendukung. Walaupun ada komite sekolah yang menjadi kawan kerja kepala sekolah dan guru keberadaan paguyuban tersebut sanggup mempererat relasi antara sekolah dan masyarakat. Informasi dan harapa sekolah bisa dipahami masyarakat, sebaliknya aspirasi msyarakat juga bisa diakomodasi sekolah.
Manfaat kegiatan yang dilakukan paguyuban untuk membantu memecahkan duduk masalah atau mendukung acara sekolah dan Komite Sekolah yang bisa diperoleh antara lain adalah:
1. Memupuk persaudaraan
Semua insan semenjak Nabi Adam AS hakikatnya yaitu saudara, bisa saudara sedarah, saudara sekeluarga, saudara sekelurahan, atau saudara alasannya yaitu sesama agama, maupun alasannya yaitu kepentingan yang sama, dll. Rasa persaudaraan merupakan kekuatan luar biasa dalam menghadapi segala duduk masalah yang dihadapi insan baik secara individu maupun kelompok, dan semboyan bangsa Indonesia yang dilarang dilupakan, yaitu: “Bersatu kita teguh bercerai kita runruh.”. Namun demikian rasa persaudaraan akan gampang rusak bila terjadi ketimpangan dan kesalahpahaman di antara setiap anggota komunitas. Jika terjadi perbedaan yang tidak terselesaikan dan semakin runcing, segala permasalahan sekolah tidak bisa diatasi malah bertambah duduk masalah gres yang menambah keruwetan sekolah. Maka dengan memanfaatkan kerukunan para orang tua/wali siswa tentu kondusivitas sekolah sanggup meningkat dan dampaknya mutu proses dan hasil pembelajaran semakin baik.
2. Wahana komunikasi antar anggota paguyuban dan antara sekolah dan orang tua/wali murid
Segala kebutuhan/kepentingan kegiatan insan selalu melibatkan insan lain. Untuk sanggup memnuhi kebutuhan dan memperlancar kegiatan tersebut perlu adanya komunikasi yang menyenangkan dan bermanfaat. Pertemuan rutin yang dipola dan diprogram secara berkesinambungan ini tentu bisa bermanfaat untuk saling meberi dan mendapatkan masukan, saran, kritikan yang bersifat membangun, dan juga wahana untuk memberikan info sekolah kepada orang tua/wali siswa atau sebaliknya, sehingga akan mempermudah memecahkan masalah/meningkatkan prestasi berguru siswa.
3. Meningkatkan semangat/motivasi berguru siswa
Siswa sekolah dasar yang belum mempunyai kemandirian yang berpengaruh perlu adanya motivasi ekstrinsik dari orang dewasa. Kehadiran orang tua/wali siswa ke sekolah dalam situasi normal (karena tidak ada duduk masalah negitf) tentu membuat bahagia para siswa alasannya yaitu merasa gembira punya orang yang dianggap pelindung dirinya tiba ke sekolah, sehingga timbul perasaan bahwa ada perhatian terhadap dirinya. Rasa bahagia anak usia SD menyerupai itu tentu menambah semangat para siswa untuk lebih rajin dan ulet belajar, apa lagi sehabis ada komunikasi dan info antara orang bau tanah dan guru kelas ihwal kemajuan berguru siswa.
4. Memecahkan duduk masalah kolektif dan individu siswa dan duduk masalah sekolah
Sebenarnya permasalahan sekolah dan guru kelas sangat banyak dan kompleks dalam menghadapi siswa di sekolah, apa lagi bila warga sekolah tersebut tiba dari keluarga beragam dan aneka macam macam latar belakang status sosial. Kemajemukan latar belakang bisa berdampak tingginya kesenjangan. Jika tidak dipersatukan dalam rapat, pendapat setiap individu atau kelompok bisa berakibat tidak baik terhadap stabilitas dan kondusivitas sekolah, alasannya yaitu opini individu atau kelompok bisa meluas menjadi opini publik. Segala problematika sekolah yang bergotong-royong sanggup diatasi melalui bermusyawarah dengan baik bisa jadi meluas dan semakin rumit untuk diselesaikan jikam salah penanganan. Orang tua/wali siswa yang sudah terbiasa diajak musyawarah dalam melakukan administrasi kalas atau administrasi sekolah, seberapa pun tajam kesenjangan kondisi orang tua/wali siswa, justru mufakat hasil musyawarah sanggup menjadi kekuatan luar biasa dalam memecahkann duduk masalah tersebut.
5. Sumber berguru bagi siswa
Sumber berguru bukan hanya berupa media cetak dan elektronik maupun objek eksklusif saja, bahkan manusia, binatang dan tumbuhan juga termasuk sumber belajar. Selain figur atau kondisi insan yang sanggup dimanfaatkan sebagai sumber belajar, justru apa yang ada di dalam figur atau fisik insan yang berupa kekayaan intelektual, religius, estetika, skil, dll. merupakan sumber berguru bagi siswa yang sangat bermanfaat. Jika guru bisa memanfaatkan orang tua/wali siswa yang mempunyai kemajemukan latar belakang sosial menyerupai pekerjaan, keahlian, keterampilan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki, sungguh kekuatan besar untuk bisa dipetik dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan akibatnya kepada para siswa. Hal inilah yang selama ini masih terabaikan atau belum dimanfaatkan sekolah untuk melakukan administrasi pendidikan secara otonomi.
6. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian orang bau tanah terhadap kebutuhan dan perkembangan siswa
Kondisi orang tua/wali siswa yang berbeda-beda membawa dampak kesadaran dan kepedulian terhadap pendidikan anak yang berbeda-beda pula. Apa lagi bagi orang sibuk bekerja atau mengurus ini, itu sehingga jarang bertemu atau komunikasi dengan keluarga/ anak, dan itu biasanya dijadikan alasan utama mereka. Jika orang tua/wali siswa tidak peduli terhadap pendidikan anak-anaknya, munkinkah proses dan hasil pendidikan hanya diserahkan kepada guru? Ki Hajar Dewantoro sebagai Bapak Pendidikan Nasional telah berpesan ihwal Tri Pusat Pendidikan, bahwa sentra pendidikan ada tiga: pertama pendidikan keluarga di rumah, kedua pendidikan formal di sekolah, dan ketiga pendidikan non/in formal di masyarakat. Mengingat bahwa orang bau tanah yaitu pemain drama pertama dan utama dalam mendidik anak, maka orang bau tanah harus mempunyai kesadaran dan kepedulian yang tinggi atas pendidikan bawah umur mereka. Maka dengan pertemuan orang tua/wali siswa secara rutin akan menyadarkan mereka bahwa kesadaran dan kepedulian kebutuhan sekolah harus kuat. Kalau bukan orang tua/wali siswa siapa yang akan memikirkan pendidikan anaknya?
7. Mengikis mis komunikasi dan kecurigaan terhadap managemen sekolah
Sebaik apa pun manjemen pendidikan yang diselenggarakan di sekolah belum tentu bisa diterima atau dimaklumi oleh pemangku kepentingan, apa lagi bila tidak/jarang dikomunikasikan. Iktikat baik sekolah kadang diterima salah/negatif dan justru menjadi kontradiksi luar biasa. Jika pada suatu institusi pendidikan terjadi mis komunikasi dan mis informasi, bagaimana sekolah bisa aman dan bagaimana KBM bisa berjalan lancar? Maka dengan rapat/pertemuan anggota paguyuban orang bau tanah siswa secara rutin tiap kelas mis komunikasi dan mis info sanggup diatasi.
*) Ditulis oleh Widodo Santoso, S.Pd.,M.Pd. Kepala SDN 4 Mangkujayan Kabupaten Ponorogo
0 Response to "Peran Orang Bau Tanah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan"
Post a Comment