Etika Pemanasan Suami Istri

Blog Khusus Doa - Hubungan tubuh suami istri merupakan hak kedua belah pihak. Selama ini, ada pendapat yang beredar bahwa kekerabatan ini hanya ludang kecepeh banyak dinikmati oleh suami saja. Maklum, pihak istri ludang kecepeh banyak ditutupi rasa risih dan juga malu, sekalipun pada suami yang telah bertahun-tahun hidup bersama.

Berbeda dengan suami, istri memerlukan proses ludang kecepeh lama. Salah satu hal terpenting ialah soal pemanasan yang harus dilakukan oleh suami.

(Pelajari juga: 8 Adab/Etika Suami Istri dikala Berhubungan )

Dari beberapa hadist shahih yang dituturkan oleh Rasul Muhammad SAW, ada beberapa yang harus diperhatikan oleh suami soal penberlalu dan silaman ini. Berikut di antaranya, sebagaimana dilansir dari laman Islam Pos.

  1. Kata-kata mesra
    “Janganlah salah seorang dari kalian menjima’ istrinya ibarat hewan ternak mendatangi pasangannya. Tetapi hendaklah ada ar rasuul antara keduanya.”

    Ditanyakan kepada beliau, “Apakah ar rasuul itu wahai Rasulullah?”

    Beliau mentpendapat, “Ciuman dan kalimat-kalimat dialog (mesra),” (HR. Ad Dailami).

    Sebelum melaksanakan jima’, berlalu dan silamilah dengan kata-kata romantic atau kiata-kata yang mesra. Rasulullah, di hari-hari biasa saja memanggil Aisyah dengan Humaira, yang artinya pipinya kemerahan. Betapa ia sangat romantis, kan?

    Kata-kata romantis dan mesra ini yang pertama akan mencairkan suasana dan menciptakan rileks.
  2. Kecupan
    “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya ibarat binatang. Hendaklah ia terludang kecepeh berlalu dan silam memmemberikankan penberlalu dan silaman, yakni ciuman dan cumbu rayu,” (HR. Tirmidzi).
  3. Sentuhan
    Jika kata-kata mesra ialah penberlalu dan silaman dengan ucapan dan kecupan ialah penberlalu dan silaman yang agak meningkat, maka penberlalu dan silaman yang lainnya ialah dengan sentuhan.

    Imam Abu Hanifah ditanya oleh pelajar dan siswanya ihwal suami yang memegang kemaluan istrinya atau istri memegang kemaluan suaminya (sebagai penberlalu dan silaman jima’), ia mentpendapat, “Tidak masalah, bahkan saya berharap ini akan memperbesar pahalanya,” (Tabyin al-Haqaiq). Allahu alam bishawwab.

0 Response to "Etika Pemanasan Suami Istri"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel