Guru Boleh Tidak Tahu Tapi Jangan Aib Akui Kesalahan
Guru boleh tidak tahu dan jangan aib untuk mengakui kesalahannya. |
"Guru boleh tidak tahu dan jangan aib untuk mengakui kesalahannya," kata Henny yang kutip dari Antara (15/08/17).
Selain itu, guru yang dibutuhkan dalam penguatan aksara ialah guru yang siap menjadi murid. Jika itu terjadi, maka masyarakat tak perlu lagi khawatir dengan pendidikan aksara anak.
"Guru yang siap menjadi murid maka ia menyadari bahwa dirinya bukan satu-satunya sumber ilmu", ujar Henny.
Selain perubahan paradigma terhadap guru, pendidikan penguatan aksara dan literasi sangat diharapkan lantaran mengembalikan pada pendidikan berkebudayaan.
"Pendidikan tidak lagi menyiapkan anak ke dalam slot pekerjaan dan tidak lagi mencari tetapi juga menjadi langsung yang besar lengan berkuasa serta ada kompetensi yang diiringi dengan kualitas karakter," kata Anggota Tim Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Prof Djoko Saryono.
Pendidikan penguatan aksara dan gerakan literasi diiringi juga bersama antisipasi perubahan yang destruktif. Kaprikornus bukan sekadar menyembuhkan penyakit tetapi pendidikan aksara memulangkan kembali ke substansi pemberdayaan sehingga menjadi langsung utuh yang berakhlak mulia.
"Anak kini tidak hanya disebut generasi milenial tetapi juga di sisi lain sebagai "strawberry gen". Indah, lezat tapi praktis rusak. Oleh lantaran itu perlu pendidikan penguatan aksara yang sempurna untuk generasi ini," kata Djoko.
0 Response to "Guru Boleh Tidak Tahu Tapi Jangan Aib Akui Kesalahan"
Post a Comment