Integritas Budaya Dalam Pendidikan

Budaya Indonesia dan pendidikan Indonesia sangat penting untuk diintegrasikan.
Siapakah Gatutkoco itu? Kalau orang-orang disekitar kita atau kita sendiri mendengar pertanyaan menyerupai itu sudah niscaya sanggup ditebak jawabannya, banyak yang tidak kenal atau bahkan tidak tahu dengan tokoh wayang tersebut. Sebaliknya, begitu ditanya siapa Sponge Bob atau Naruto? Maka, seseorang itu akan bercerita panjang lebar wacana Sponge Bob atau Naruto tersebut. Ironis sekali. Mau dibawa kemana generasi kita dalam memahami seni budaya? Itulah problem fundamental yang tidak hanya menggelititik ranah kalbu untuk diperbincangkan, melainkan harus diperdebatkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, semoga bisa menyeleksi nilai-nilai budaya luhur untuk dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi bangsa.

Telah lebih dari separuh masa masyarakat Indonesia berjuang mengentas garis kemiskinan dan salah satu cara jitu untuk mewujudkannya ialah dengan gencarnya promosi wajib berguru bagi usia tertentu. Fakta ini mencuatkan sebuah kesimpulan bahwa pendidikan Indonesia ialah penting untuk mendasari kemajuan negara. Namun sayangnya pendidikan yang telah digulirkan lebih dari separuh masa ini tidak juga memperlihatkan hasil yang signifikan pada peningkatan sumber daya insan dan tercapainya kemakmuran.

Faktanya, pendidikan Indonesia hingga ketika ini masih dilaksanakan secara terpisah dari tugas budaya Indonesia. Hal ini menjadikan belum tercapainya keberhasilan dalam pergeseran budaya menuju arah yang lebih mantap dalam kehidupan berbangsa. Hingga ketika ini pendidikan Indonesia masih terbatas pada pengutamaan kecerdasan nalar yang terefleksikan dalam sistem kompetensi akademik kognitif di seluruh sekolah di Indonesia.

Sistem pendidikan Indonesia telah dinyatakan gagal dalam mencetak generasi muda yang berbakat dan sekaligus mempunyai penghormatan pada nilai budaya di Indonesia. Oleh lantaran itu, semoga sanggup mewujudkan Indonesia makmur dengan kekayaan budayanya, sistem pendidikan Indonesia perlu dirombak semoga selain berperan sebagai pencetak keunggulan generasi muda juga sebagai sentra pembudayaan.

Kecenderungan yang berkembang wacana pemahaman masyarakat terhadap budaya selalu dikaitkan dengan kesenian. Sebagian besar generasi kita berasumsi bahwa seni tradisional ialah kuno. Maka, secara berangsur-angsur seni tradisi kita lepas tanpa bekas. Contoh kita gres kebakaran jenggot sesudah seni Reog Ponorogo dicaplok sebagai seni tradisi Malaysia. Padahal budaya sanggup ditafsirkan bahwa, budaya itu bisa berbicara & membahas wacana seni, adat istiadat, iptek (ilmu pengetahuan & teknologi), imtaq (iman & taqwa) budipekerti, bahasa dan seterusnya.

Kenyataan yang ada pada pendidikan ketika ini ialah pengutamaan pada satu aspek kognitif akademik yang terlihat pada UN dan Olimpiade yang belum tentu memperlihatkan dampak positif pada tiap siswa yang mempunyai jenis kecerdasan yang berbeda-beda. Pada dasarnya, pendidikan ialah upaya untuk memajukan pergeseran budaya dan kebudayaan masyarakat sekaligus meningkatkan tingkat peradaban. Seharusnya pendidikan juga meliputi lingkup kehidupan masyarakat dan kebudayaan dan tidak terbatas pada lingkup kelas yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Budaya Indonesia dan pendidikan Indonesia sangat penting untuk diintegrasikan. Sebab kebudayaan merupakan akar dari sebuah konstruksi sosial yang bisa mempengaruhi masyarakat untuk lebih maju melalui pendidikan. Namun, kondisi pendidikan ketika ini tidak cukup berpengaruh untuk berperan dalam sebuah konstruksi sosial alasannya ialah hanya menekankan pada konsep pertahanan budaya yang belum mengarah pada konsep membudayakan masalah budaya.

Berdasarkan fakta pergulatan budaya dalam pendidikan sanggup kita petik kesimpulan bahwa kita bisa mempertahankan, melindungi dan membuatkan budaya lokal, nasional dengan menyerap budaya asing, tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya adi luhung, yang tersohor di negeri ini. Yaitu pentingnya mengerti wacana budaya keraton-keraton yang ada di Indonesia. Agar berkembang seiring perkembangan era global yang bisa menghasilkan devisa negara. Contoh, budaya Bali tetap eksis di era global dan sangat membanggakan bagi bangsa Indonesia.

Pertanyaan yang mencuat akankah kita bisa memahami, melindungi dan membuatkan kekayaan budaya lokal, menjadi budaya nasional yang sangat kaya akan pesan-pesan moral dan nilai-nilai akal pekerti yang adi luhung, serta nilai-nilai agama yang sangat hakiki? Semua itu kembali kepada langsung dan stakeholder kita. Dengan prinsip teladan pikir harus terbuka, siap berubah dan kompetitif. Semoga!

*) Ditulis oleh Loresta Putri Nusantara Kasih. Guru di SD Muhammadiyah 9 Malang

0 Response to "Integritas Budaya Dalam Pendidikan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel