Kurikulum Ktsp Belum Berstandar Internasional
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ketika ini diterapkan di SD (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia berdasarkan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim, kurikulum tersebut belum memenuhi standar internasional.
"Kurikulum yang selama ini dipakai berbeda dengan yang diujikan atau distandarkan secara internasional sehingga kalah jauh dibandingkan kurikulum negara lain, ibarat Singapura atau Taiwan," kata Kasim dikutip dari Antaranews.com (02/02/2013)
Kasim membandingkan Indonesia dengan Singapura. Siswa Indonesia secara umum gres bisa menjawab soal-soal tingkat dasar, sedangkan lebih dari 95 persen siswa Singapura bisa menjawab soal-soal tingkat menengah dan lanjutan (advance) pada setiap mata pelajaran.
Rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai mata pelajaran juga diakibatkan banyaknya materi kurikulum yang ibarat antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya. Ia juga menilai, kurikulum yang diajarkan tidak sesuai dengan kemampuan siswa, misalnya pelajaran menulis yang diterapkan kepada siswa kelas satu SD.
"Anak yang masuk SD harus sudah lancar menulis sehingga mereka terpaksa ikut les, sementara pihak sekolah tidak dibenarkan memberlakukan tes menulis bagi siswa baru," kata Kasim ketika sosialisasi kurikulum 2013 bersama praktisi pendidikan Kabupaten Karimun.
Dia mencontohkan, banyak soal yang diujikan kepada siswa kelas IV SD tidak bermanfaat, ibarat soal perihal struktur organisasi pemerintahan desa atau kelurahan, atau nama-nama forum di pemerintahan. Ia menilai kurikulum yang dipakai sekolah kini ini berbeda-beda.
"Selama ini kurikulum yang dipakai sekolah berbeda-beda. Ada yang memakai kurikulum sebab penerbitnya aktif tiba ke sekolah," kata Kasim.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan sudah menyusun kurikulum 2013 menggantikan kurikulum KTSP yang selama ini dipakai sekolah. Menurutnya kurikulum 2013 yang disusun berbulan-bulan melaksanakan pendekatan kompetensi lulusan yang memenuhi standar internasional.
Kompetensi siswa akan dikembangkan melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran wajib maupun pilihan. Setiap sekolah wajib memakai kurikulum 2013 sehingga terjadi keseragaman. Kurikulum 2013 yang mulai diterapkan Juli 2013 akan dilengkapi dengan silabus sebagai contoh dalam aktivitas mencar ilmu mengajar.
"Tematik integratif akan mengasah kemampuan siswa memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan. Misalnya, ilmu berhitung yang diintegrasikan dalam pelajaran IPS sehingga diperlukan mereka mengetahui manfaat berhitung untuk kehidupan, ibarat membelanjakan uang atau lainnya," jelasnya.
Dengan penerapan kurikulum 2013 Wamendikbud berharap sanggup mengubah paradigma bahwa siswa merasa terbebani ketika guru menunjukkan kiprah pekerjaan rumah (PR), sehingga mereka merasa merdeka dengan menghabiskan waktu libur untuk bermain.
"Ada istilah I hate Monday sebab siswa merasa terbebani dengan PR yang diberikan guru. Kondisi ini berbeda dengan siswa Singapura yang menginginkan cepat-cepat masuk sekolah sesudah libur," kata Musliar Kasim.
Sumber: Antara
"Kurikulum yang selama ini dipakai berbeda dengan yang diujikan atau distandarkan secara internasional sehingga kalah jauh dibandingkan kurikulum negara lain, ibarat Singapura atau Taiwan," kata Kasim dikutip dari Antaranews.com (02/02/2013)
Kasim membandingkan Indonesia dengan Singapura. Siswa Indonesia secara umum gres bisa menjawab soal-soal tingkat dasar, sedangkan lebih dari 95 persen siswa Singapura bisa menjawab soal-soal tingkat menengah dan lanjutan (advance) pada setiap mata pelajaran.
Rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai mata pelajaran juga diakibatkan banyaknya materi kurikulum yang ibarat antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya. Ia juga menilai, kurikulum yang diajarkan tidak sesuai dengan kemampuan siswa, misalnya pelajaran menulis yang diterapkan kepada siswa kelas satu SD.
"Anak yang masuk SD harus sudah lancar menulis sehingga mereka terpaksa ikut les, sementara pihak sekolah tidak dibenarkan memberlakukan tes menulis bagi siswa baru," kata Kasim ketika sosialisasi kurikulum 2013 bersama praktisi pendidikan Kabupaten Karimun.
Dia mencontohkan, banyak soal yang diujikan kepada siswa kelas IV SD tidak bermanfaat, ibarat soal perihal struktur organisasi pemerintahan desa atau kelurahan, atau nama-nama forum di pemerintahan. Ia menilai kurikulum yang dipakai sekolah kini ini berbeda-beda.
"Selama ini kurikulum yang dipakai sekolah berbeda-beda. Ada yang memakai kurikulum sebab penerbitnya aktif tiba ke sekolah," kata Kasim.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan sudah menyusun kurikulum 2013 menggantikan kurikulum KTSP yang selama ini dipakai sekolah. Menurutnya kurikulum 2013 yang disusun berbulan-bulan melaksanakan pendekatan kompetensi lulusan yang memenuhi standar internasional.
Kompetensi siswa akan dikembangkan melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran wajib maupun pilihan. Setiap sekolah wajib memakai kurikulum 2013 sehingga terjadi keseragaman. Kurikulum 2013 yang mulai diterapkan Juli 2013 akan dilengkapi dengan silabus sebagai contoh dalam aktivitas mencar ilmu mengajar.
"Tematik integratif akan mengasah kemampuan siswa memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan. Misalnya, ilmu berhitung yang diintegrasikan dalam pelajaran IPS sehingga diperlukan mereka mengetahui manfaat berhitung untuk kehidupan, ibarat membelanjakan uang atau lainnya," jelasnya.
Dengan penerapan kurikulum 2013 Wamendikbud berharap sanggup mengubah paradigma bahwa siswa merasa terbebani ketika guru menunjukkan kiprah pekerjaan rumah (PR), sehingga mereka merasa merdeka dengan menghabiskan waktu libur untuk bermain.
"Ada istilah I hate Monday sebab siswa merasa terbebani dengan PR yang diberikan guru. Kondisi ini berbeda dengan siswa Singapura yang menginginkan cepat-cepat masuk sekolah sesudah libur," kata Musliar Kasim.
Sumber: Antara
0 Response to "Kurikulum Ktsp Belum Berstandar Internasional"
Post a Comment