Membuat Media Pembelajaran Dari Botol Bekas
Indonesia pernah menikmati kejayaan sebagai salah satu produsen pesawat terbang dengan lahirnya N-250 yang merupakan pesawat regional komuter turboprop rancangan orisinil IPTN. Di tangan Bacharuddin Jusuf Habibie, Indonesia sanggup dianggap telah sejajar dengan negara-negara pembuat pesawat terbang yang terlebih dahulu memproduksi pesawat terbang, baik untuk tujuan komersil maupun militer. Bertitik tolak pada hal tersebut kami yang mana notabene kelak akan menjadi guru SD, memiliki mimpi untuk siswa sekolah dasar semoga bisa menjadi menyerupai bapak BJ. Habibie, dengan kata lain kami berharap melalui pembelajaran yang kami lakukan sanggup menumbuhkan semangat juang penerima didik untuk menjadi pembaharu menyerupai bapak BJ. Habibie sebagai bapak teknologi Indonesia, bukan hanya pengekor atau peniru.
Masih banyak oknum pendidik beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dan biaya mahal misalnya yang kita kenal sebagai media pembelajaran ialah media cetak, Transparansi, Audio, Slide Suara, Video, Multimedia Interaktif, E-learning. Namun bergotong-royong hal tersebut merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari aneka macam macam jenis, dari media pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri yang mana sanggup dimodifikasi oleh siswa berdasarkan kreativitas masing-masing.
Media pembelajaran dibentuk untuk menyederhanakan materi pembelajaran, mendekatkan dengan siswa dan mengongkritkan konsep yang akan disampaikan oleh guru. Dan media juga bisa menjadi jembatan sebelum siswa khususnya akan melaksanakan praktik. Sementara di sisi lain, kami rasa siswa mulai rindu dengan media kreatif yang sanggup mengaktifkan siswa atau melibatkan partisipasi siswa secara eksklusif dan bukan hanya melalui power point saja.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selama hidup selalu menghasilkan sampah, maka dari itu kita sudah selayaknya untuk mengurangi jumlah produksi sampah yang terus bertambah. Pengurangan tersebut harus dimulai dari individu masing-masing, keluarga, masyarakat dan lingkungan. Untuk mengurangi jumlah produksi sampah kita harus membiasakan diri untuk hidup ramah lingkungan. Pembiasaaan diri ramah lingkungan dimulai pada anak usia sekolah dasar serta perlu adanya pembiasaan-pembiasaan yang harus diberikan oleh guru. Sebagai calon guru sudah selayaknya nanti sanggup menginformasikan kepada penerima didik semoga sanggup mengurangi produksi sampah dengan membiasakan diri ramah lingkungan. Sebagai guru saat hendak memakai media dalam pembelajaran juga sebaiknya menentukan media atau materi pembuatan media yang ramah lingkungan.
Menanggapi tantangan tersebut Mahasiswa PGSD UNY 2009, saudara Bayu Aji sebagai kapten kami bermaksud membuatkan media pembelajaran yang kami beri nama “Miniatur Teknologi dari Bahan Utama Botol Bekas“. Kami menciptakan beberapa bentuk miniatur teknologi tersebut diantaranya ialah Kapal Pegas, Mobil Tolkas, Kincir Tornado Warna.
Mengapa Botol Bekas (Tolkas)? Media ini merupakan media yang ramah lingkungan alasannya ialah dalam pembuatannya materi utama yang dipakai berasal dari barang bekas yang mana apabila dimanfaatkan sanggup mengurangi pencemaran lingkungan sehingga murah dan tidak membutuhkan materi bakar energi menyerupai minyak. Dalam operasionalnya guru sanggup melibatkan siswa untuk menciptakan media ini, sehingga akan menumbuhkan kreativitas dan imajinasi anak, selain itu juga sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang pada hakikatnya menyukai berguru sambil bermain. Mengacu pada mimpi kami untuk pendidikan bahwa dengan pembelajaran memakai media ini diperlukan sanggup menginspirasi dan memotivasi semoga siswa bisa menjadi bapak BJ. Habibie mendatang.
*) Ditulis dan dikirim oleh Septiana Pradina, Mahasiswa PGSD UNY 2009
Masih banyak oknum pendidik beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dan biaya mahal misalnya yang kita kenal sebagai media pembelajaran ialah media cetak, Transparansi, Audio, Slide Suara, Video, Multimedia Interaktif, E-learning. Namun bergotong-royong hal tersebut merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari aneka macam macam jenis, dari media pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri yang mana sanggup dimodifikasi oleh siswa berdasarkan kreativitas masing-masing.
Media pembelajaran dibentuk untuk menyederhanakan materi pembelajaran, mendekatkan dengan siswa dan mengongkritkan konsep yang akan disampaikan oleh guru. Dan media juga bisa menjadi jembatan sebelum siswa khususnya akan melaksanakan praktik. Sementara di sisi lain, kami rasa siswa mulai rindu dengan media kreatif yang sanggup mengaktifkan siswa atau melibatkan partisipasi siswa secara eksklusif dan bukan hanya melalui power point saja.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selama hidup selalu menghasilkan sampah, maka dari itu kita sudah selayaknya untuk mengurangi jumlah produksi sampah yang terus bertambah. Pengurangan tersebut harus dimulai dari individu masing-masing, keluarga, masyarakat dan lingkungan. Untuk mengurangi jumlah produksi sampah kita harus membiasakan diri untuk hidup ramah lingkungan. Pembiasaaan diri ramah lingkungan dimulai pada anak usia sekolah dasar serta perlu adanya pembiasaan-pembiasaan yang harus diberikan oleh guru. Sebagai calon guru sudah selayaknya nanti sanggup menginformasikan kepada penerima didik semoga sanggup mengurangi produksi sampah dengan membiasakan diri ramah lingkungan. Sebagai guru saat hendak memakai media dalam pembelajaran juga sebaiknya menentukan media atau materi pembuatan media yang ramah lingkungan.
Menanggapi tantangan tersebut Mahasiswa PGSD UNY 2009, saudara Bayu Aji sebagai kapten kami bermaksud membuatkan media pembelajaran yang kami beri nama “Miniatur Teknologi dari Bahan Utama Botol Bekas“. Kami menciptakan beberapa bentuk miniatur teknologi tersebut diantaranya ialah Kapal Pegas, Mobil Tolkas, Kincir Tornado Warna.
Mengapa Botol Bekas (Tolkas)? Media ini merupakan media yang ramah lingkungan alasannya ialah dalam pembuatannya materi utama yang dipakai berasal dari barang bekas yang mana apabila dimanfaatkan sanggup mengurangi pencemaran lingkungan sehingga murah dan tidak membutuhkan materi bakar energi menyerupai minyak. Dalam operasionalnya guru sanggup melibatkan siswa untuk menciptakan media ini, sehingga akan menumbuhkan kreativitas dan imajinasi anak, selain itu juga sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang pada hakikatnya menyukai berguru sambil bermain. Mengacu pada mimpi kami untuk pendidikan bahwa dengan pembelajaran memakai media ini diperlukan sanggup menginspirasi dan memotivasi semoga siswa bisa menjadi bapak BJ. Habibie mendatang.
*) Ditulis dan dikirim oleh Septiana Pradina, Mahasiswa PGSD UNY 2009
0 Response to "Membuat Media Pembelajaran Dari Botol Bekas"
Post a Comment