Contoh Kumpulan Puisi Perjuangan

Kumpulan Puisi Perjuangan - Perjuangan itu yaitu arti dari sebuah kerja keras. sama halnya dengan para pendekar indonesia yang terdahulu, berjuang mati-matian untuk merebut negara indonesia ini dari para penjajah. Tentunya jasa-jasa para pendekar terdahulu sangat besar bagi negara ini, terutama untuk generasi kini yang hanya sanggup menikmati hasil usaha mereka. di balik semua itu seharusnya kita sebagai generasi penerus sanggup menjadi pola yang lebih baik untuk generasi yang akan datang, sama halnya dengan pendekar terdahulu yang ingin melihat generasi-generasi mereka mempunyai hidup yang lebih baik serta tenang sejahtera.

Berdasarkan kalimat bijak dari Presiden Soekarno yang Berbunyi Perjuanganku akan lebih gampang karna hanya mengusir penjajah, Tapi perjuanganmu akan lebih sulit karna melawan bangsamu sendiri. Kalimat bijak Tersebut seolah-olah telah menjadi kenyataan di masa yang kini ini, mengingat banyaknya kejadian-kejadian yang sering terjadi di negara indonesia, ibarat pola sering terjadinya tawuran, Demo, Perang antar suku dan lain-lain. seharusnya kalimat Bijak Soekarno Tersebut mengingatkan kita untuk selalu menjaga negara indonesia ini dari Hal tersebut, Tapi kenyataanya Berbanding Terbalik Dari apa yang di Harapkan para pendekar Terdahulu.

Baca Juga : Kata Kata Untuk Menyambut 17 Agustus Hari kemerdekaan indonesia

Berbicara Mengenai Perjuangan, Berikut Kumpulan Puisi Perjuangan yang mudah-mudahan sanggup menginspirasi kita semua untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

KUMPULAN PUISI PERJUANGAN
Remembering The Heroes History
PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasip waktu ?
Pemuda-Pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
Bermata tajam
Mimpi-Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku selama menjaga tempat mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu.....
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasip waktu !

KUTEMUKAN MERAH PUTIH DI PEMAKAMANKU
Tubuhku tergolek kaku membeku dan tak berkutik
tangkai keris menggorok leherku meragang urat nadiku simerah
Menetes menghujan bumi....
Melepuh dan hasilnya hilang di serap waktu
sekarang.....
Aku tak berkutik tubuhku membeku dan membatu
ditanah negeriku
kutunggu beberapa gemar memberi tuk menghancurkanya
atau setidaknya mencairkanya
ku tunggu pasukan berseragam untuk melontarkan
pelornya tuk meregang nyawa di tanah ini
tanah perkuburanku
Disinilah kulihat sang merah putih berkibar memberi
hormat padaku dan mengucapkan selamat tinggal
Dan mataku penuh oleh butir pengharapan disisi jalan....
sampai kulihat lagi

NEGERI INI
Saat sarafku dipengapkan meja 1/2 biro
kupahat hatiku itu lagi
paraprasasti tugu negriku
Agar para pendekar negri ini
Tak lagi keluhkan sesal
Harus lahir di negri ini
Sukarno-Sukarno reformasi
Harus berkembang di negri ini
Sukarno-Sukarno berdiri di negri ini
Suharto-Suharto Reformasi
Agar diponegoro tak lagi keluhkan java
Agar waiter monginsidi tak tangisi Celebes

Agar patimura tak sia-sia maluku
Agar indonesiaku
Tak lagi tangisanku

INDONESIA-KU MERDEKA
INDONESIA,-KU.....
Berabad-abad kamu dijajah
Berabad-abad kamu ditindas
Berabad-abad kamu diremehkan.....
Tapi, INDONESIA-Ku tetaplah maju !

INDONESIA-Ku
Takpernah mengenal kata letih
Selalu maju dengan penuh kesuksesan
Tak ada lagi yang menindas indonesiaku
semuanya
Telah berujung dengan perdamaian
Tak ada lagi permusuhan antara bangsa dan negara
Tak ada lagi kata penindasan.
Bangsaku kini telah maju
Tak ada kemiskinan, tak ada kelaparan.....
Tak ada

PENGIBAR BENDERA
Sajak ibukota di hamparan jalan raya
mata lelah berkusam wajah
ringkuk ini tubuh bergumam sejalan

tidak ada resah tersirat kini
majujalan kendaraan beroda empat orang berdasi
lihat kibaran benderaku ini
merah putih bukan kainku
adalah jiwa yaitu raga
sekali-kali jangan kan ubah lain lagi!

biar bukan istana tempatku
biarjalur kereta naunganku
biar nasi bungkus dan tempe bacem
biar yang peduli atau tidak ambil duli
tiada butuh saya di kasihani

getar-gemetar tubuhku,
Ah! persetan !
Kibaran ini semoga kujalani hingga mati.

MERDEKA
Aku mau bebas dari segala
Merdeka
juga dari Ida
Pernah
Aku percaya pada sumpah dan cinta
Menjadi sumsum dan darah
Seharian kukunyah-kumamah

Sedang meradang
segala kurenggut
ikut bayang

Tapi kini
Hidupku terlalu tenang
Selama tidak antara badai
Kalah menang

Ah! Jiwa yang menggapai-gapai
mengapa bila beranjak dari sini
Kucoba dalam mati
Chairil Anwar

AKU
Kalau hingga waktuku 
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau 
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini hewan jalang
Dari kumpulanya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan sanggup kubawa berlari
Berlari
hingga hilang pedih peri
Dan saya akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

UNTUK IBU PERTIWI
Bukit-bukit di negeriku kini tenggelam
Oleh darah dan air mata
Apa yang sanggup di lakukan oleh seorang anaknya
yang merantau?
untuk masyarakatnya yang sengsara?
Apa pula gunanya keluh-kesah
Seoarang penyair yang sedang tidak di rumah?
Seandainya rakyaktu mati dalam pemberontakan
menuntut nasipnya,
Aku akan berkata "Mati perjuangan 
Lebih mulia dari hidup dalam penindasan"
Kematian yaitu satu-satunya penyelamat mereka,
Dan penderitaan yaitu tanah air mereka

ingatlah saudaraku,
Bahwa syiling yang kamu jatuhkan
ke telapak tangan yang mengluhur di hadapanmu,
Adalah satu-satunya jembatan yang 
menghubungkan
Kekayaan hatimu dengan cinta di hati tuhan.
Kahlil Gibran

TUAN SANG PAHLAWAN
Malam. ini sungguh di luar dugaan
Bersama bintang-bintang dan angin malam
Membuat malam tuju jawaban semakin
Merdeka!

Melayang pikiranku
Mengingat sebuah kisah pak guru
Tentang seorang pejuang kemerdekaan
Tak terasa sudah 61 tahun indonesia
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
itulah ungkapan 61 tahun lalu
Di kala para pejuang telah asyik bergembira
Atas perjuangan, atas kemerdekaan indonesia

Hingga kini, tuan
Semangat tuan masih membara di hati kami
Meskipun tidak dengan angkat senjata lagi
Tapi rasa nasionalisme kami
Tak kan pernah padam
hanya alasannya tuan yang telah gugur mendahului kami
lihatlah tuan kami mewarisi semangat juang tuan

Meskipun kami masih muda
Bahkan jauh dari anda
Kami tetap berjuang
sama ibarat tuan
Terimakasih para pahlawan
Terimakasih para pejuang

semoga tuan tersenyum melihat kami
Berjuang di bumi pertiwi
Terimakasih tuan
Terimakasih Tuhan

PAHLAWAN
Hai pendekar kami,
Kau selalu melindungi kami
Kau telah berjuang untuk kami
Dan seluruh warga-warga dan teman-teman kami
Juga negara demi kami
Seandainya itu semua
Bukan dari pengorbanan yang rela
Dan semangat para pendekar kita
Maka negara ini akan hancur selamanya
Jadi, terimalah terimakasih kami semua
ibu Kartini
Dahulu perempuan selalu diinjak-injak
Tetapi kini tidak lagi
Karena dahulu ibu kartini berjuang keras
Untuk menyelamatkan kaum wanita
Pengorbanan
Detik-detik penuh dengan ancaman
Ketiga raga di pucuk darah penghabisan
Mata tombak yang selalu mengintai
Darah mengucur deras bagai badai
Tak kenal senjata, tak kenal mati
Hanya kaulah pendekar sejati
senyum suci
Senyum suci telah kuraih
terima kasih pendekar suci
semangat juang tinggi telah kauraih
Indonesiaku gemilang kini 

KRAWANG - BEKASI
Kami yang kini berbaring antara Krawang-Bekasi
tidak sanggup teriak
Kami yang kini berbaring antara Krawang-Bekasi
tidak sanggup teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang 
kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dara rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda, yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, Kenanglah kami,
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa
memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi yaitu kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa
berkata kaulah kini yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam yang sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, Kenanglah kami teruskan
Kenang, Kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir

Kami kini mayat
Berikan kami arti
berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, Kenanglah Kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami berbaring antara Krawang-Bekasi

Baca Juga : Puisi Tentang Alam Dan Kumpulan Puisi Tentang Keindahan Alam

Semoga Puisi Perjuangan Di atas sanggup menyadarkan kita untuk lebih bijakasana lagi dalam menghargai jasa para pendekar terdahulu yang rela berkorban nyawa untuk memerdekakan Negara indonesia. Jika kita tidak sanggup membalas jasa mereka yang Telah gugur di medan perang, Setidaknya kita tidak merusak kemerdekaan yang susah payah mereka dapatkan. Semoga Puisi Di Atas bermanfaat untuk kita semua.

0 Response to "Contoh Kumpulan Puisi Perjuangan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel