Danau Tiga Warna Kelimutu
Danau yng terdapat atau terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur ini memanglah mempunyai keunikan karena mempunyai warna yng berbeda, yakni merah, biru, serta putih. Warna ini pun akan selalu berubah-ubah seiring perjalanan waktu. Warna-warna dari danau yang telah di sebutkan mempunyai makna yng berbeda-beda dan dipercaya mempunyai kekuatan alam yng Amat dasyat. "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai"yng yakni danau biru dipercaya menjdai daerah berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yng sudah meninggal. Danau yng berwarna merah ataupun "Tiwu Ata Polo"dipercaya menjdai daerah berkumpulnya jiwa-jiwa orang yng sudah meninggal serta selama dia hidup selalu melaksanakan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih ataupun "Tiwu Ata Mbupu" dipercaya menjadi daerah berkumpulnya jiwa-jiwa orang bau tanah yng sudah meninggal.
Danau Kelimutu berasal dari kata ‘Keli’ yng mempunyai kegunaan gunung serta ‘Mutu’ yng pengertiannya mendidih. Luas ketiga Danau Kelimutu merupakan sekitar 1.051.000 meter persegi yang dengannya volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau merupakan dinding kerikil sempit yng simpel longsor. Dinding ini Amat terjal yang dengannya sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 hingga 150 meter. nya, danau ini didapati oleh warga negara Belanda, lio Van Such Telen pada tahun 1915. Akan tetapi keindahannya dikenal luas sehabis dilukiskan dalam ukiran pena Y. Bouman tahun 1929. Barulah semenjak masa itu wisatawan absurd mulai tiba menikmati danau yng dikenal menyeramkan bagi masyarakat setempat. Orang-orang yng tiba bukan cuma pencinta keindahan, akan tetapi pula peneliti yng ingin tahu fenomena alam yng amat langka yang telah di sebutkan. Lantas pada 26 Februari 1992, daerah Kelimutu sudah ditetapkan menjadi Tempat Konservasi Alam Nasional.
Perubahan warna danau yng Suka terealisasi di tiga kawah terpisah bekas letusan Gunung Kelimutu itu menjadi keunikan yng tidak ada duanya di dunia. Perubahan warna diduga penyebabnya yaitu acara Gunung Berapi Kelimutu, pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, terjadinya zat kimia terlarut, dan jawaban pantulan warna dinding serta dasar danau. Penjelasan singkat bahu-membahu perubahan warna air ke biru putih (saat ini hijau) dimungkinkan oleh perubahan komposisi kimia air kawah jawaban perubahan gas-gas gunung api, ataupun bisa pula jawaban meningkatnya suhu.
Sementara itu, meningkatnya konsentrasi besi (Fe) dalam fluida memicu warna merah sampai-sampai kehitaman (saat ini cokelat tua). Adapun warna hijau lumut dimungkinkan dari biota jenis lumut tertentu. Pemandangan di daerah itu Amat memesona. Kabut putih tebal yng bergerak perlahan menutupi puncak Gunung Kelimutu ( tidak lebih lebih 1.640 meter di atas permukaan laut) yakni satu dari sekian banyaknya pemandangan yng Amat khas di sekeliling tiga danau berwarna di atas puncak gunung. Sementara itu, masyarakat sekitar mempercayai sejarah wacana terjadinya Danau Kelimutu, yaitu wacana Bhua Ria (hutan lebat yng selalu berawan).Dahulu di sana bermukim Konde Ratu bersama rakyatnya. Di kalangan rakyat kala itu, terdapat dua tokoh yng Amat disegani, yakni Ata Polo si tukang sihir jahat serta kejam yng suka memangsa kita-kita, serta Ata Bupu yng dihormati karena sifatnya yng berbelas beri dan mempunyai penangkal sihir Ata Polo.
Meskipun mempunyai kekuatan mistik yng tinggi serta disegani masyarakat, keduanya berteman baik dan tunduk serta hormat kepada Konde Ratu. Ata Bupu dikenal menjdai petani yng mempunyai ladang kecil di pinggir Bhua Ria, sedangkan Ata Polo lebih suka berburu mangsa berupa kita-kita di seluruh jagat raya. Pada masa itu, ke hidup-an di Bhua Ria berlangsung damai serta tenteram, hingga kedatangan sepasang Ana Kalo (anak yatim piatu) yng meminta pinjaman Ata Bupu karena ditinggal kedua orang tuanya ke alam baka. Lantaran sifatnya yng berbelas beri, seruan kedua anak yatim piatu yang telah di sebutkan dikabulkan oleh Ata Bupu akan tetapi yang dengannya satu syarat, yakni orang-orang Perlu menuruti nasehatnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk tak meninggalkan areal ladangnya semoga tak dijumpai serta dimangsa oleh Ata Polo.
Pada suatu hari, Ata Polo tiba menjenguk Ata Bupu di ladangnya. Setibanya di ladang Ata Bupu, Ata Polo mencium amis menusuk (bau mangsa) dalam pondok Ata Bupu. Segera meleleh air liur Ata Polo yng lantas hendak mencari mangsanya di dalam pondok yang telah di sebutkan. Niat jahat Ata Polo yang telah di sebutkan diketahui oleh Ata Bupu yng segera menahan langkah Ata Polo sambil merekomendasikan kepadanya bagi atau bisa juga dikatakan untuk tiba kembali kelak sehabis bawah umur yang telah di sebutkan telah dewasa, karena masa ini orang-orang masih anak-anak, lagi juga dagingnya tentu tak sedap bagi atau bisa juga dikatakan untuk disantap. Saran ini diterima oleh Ata Polo, yng lantas pergi meninggalkan Ata Bupu yng sedang kebingungan mikirin tatacara paling baik menyelamatkan dua anak kita-kita tadi. Ancaman Ata Polo tadi begitu menakutkan bagi kedua anak kita-kita yang telah di sebutkan, mengakibatkan disaat orang-orang mulai beranjak remaja ataupun menjadi Ko’ofai (gadis muda) serta Nuwa Muri (pemuda), orang-orang memohon izin pada Ata Bupu bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencari daerah persembunyian di gua-gua yng ada di luar ladang Ata Bupu. Orang-orang alhasil sukses menemukan sebuah gua yng terlindung tumbuhan rotan serta akar beringin.
Disaat tiba saatnya, sesuai waktu yng sudah disepakati, Ata Polo mendatangi pondok Ata Bupu bagi atau bisa juga dikatakan untuk menagih janji. Akan tetapi karena disaat tiba di pondok Ata Bupu, dilihatnya kedua anak yang telah di sebutkan tak berada di tempat, maka Ata Polo pun murka serta menyerang Ata Bupu yang dengannya ganasnya. Menanggapi serangan Ata Polo yng tak main-main, Ata Bupu segera membalas serangan itu yang dengannya ilmu andalannya “magi puti” bagi atau bisa juga dikatakan untuk menangkal “magi hitam” Ata Polo.
Pada awal mulanya perkelahian keduanya berjalan seimbang karena keduanya mempunyai ilmu yng tinggi serta setingkat. Akan tetapi, usang kelamaan tenaga Ata Bupu yng telah bau tanah kian melemah, sementara gempuran semburan api Ata Polo makin gencar serta menjadi-jadi. Ata Bupu cuma bisa mengelak yang dengannya gempa bumi. Akibatnya timbul gempa bumi serta kebakaran besar sampai-sampai kaki gunung Kelimutu. Disaat terasa tidak bisa atau bisa lagi menandingi kekuatan Ata Polo, Ata Bupu menetapkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk raib ke perut bumi. Akibatnya Ata Polo menjadi makin murka serta menggila. Disaat mencim amis dua remaja yng tengah bersembunyi di dalam gua, Ata Polo pun bertambah beringas. Akan tetapi takdir alhasil memilih bahu-membahu Ata Polo Perlu tewas di telan bumi karena sepak terjangnya yng kelewatan. Kedua remaja yng tengah bersembunyi pula turut menjadi korban. Gua daerah persembunyian Ko’ofai serta Nuwa Muri runtuh jawaban gempa serta menguburkan keduanya hidup-hidup. Beberapa masa sehabis fenomena itu, ditempat Ata Bupu raib ke perut bumi, timbul danau berwarna biru. Di daerah Ata Polo tewas ditelan bumi terbentuk danau yng warna airnya merah darah yng selalu bergolak. Sedangkan di daerah persembunyian Ko’ofai serta Nuwa Muri, terbentuk sebuah danau yang dengannya warna air hijau tenang.
Ketiga danau berwarna yang telah di sebutkan, masing-masing oleh masyarakat setempat diberi nama sesuai yang dengannya sejarah terbentuknya tadi, yakni Tiwu Ata Polo (dipercayai menjdai danau daerah berkumpulnya arwah-arwah para tukan tenung ataupun orang jahat yng meninggal), Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai (dipercayai menjdai danau daerah berkumpulnya arwah muda mudi yng meninggal), serta Tiwu Ata Mbupu (dipercayai menjdai danau daerah berkumpulnya arwah-arwah para tetua yng telah meninggal). Nah Sobat. demikian tadi kisah wacana sejarah Danau Tiga Warna, Danau Kelimutu. Hingga masa ini, warga sekitar percaya bahu-membahu orang-orang bisa melaksanakan kontak yang dengannya arwah orang bau tanah ataupun leluhur orang-orang yang dengannya memanggil nama orang bau tanah ataupun leluhurnya sebanyk tiga kali di depan Tiwu Ata Mbupu. Umumnya usai melaksanakan panggilan di danau ini, arwah orang tuanya ataupun leluhur akan tiba serta menawarkan petunjuk melalui mimpi. Hal ini Suka di lakukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperoleh petunjuk andai terealisasi musibah, semisal kehilangan barang ataupun ternak.
Sumber : Internet
Sumber Rujukan Dan Gambar :
Danau Kelimutu berasal dari kata ‘Keli’ yng mempunyai kegunaan gunung serta ‘Mutu’ yng pengertiannya mendidih. Luas ketiga Danau Kelimutu merupakan sekitar 1.051.000 meter persegi yang dengannya volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau merupakan dinding kerikil sempit yng simpel longsor. Dinding ini Amat terjal yang dengannya sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 hingga 150 meter. nya, danau ini didapati oleh warga negara Belanda, lio Van Such Telen pada tahun 1915. Akan tetapi keindahannya dikenal luas sehabis dilukiskan dalam ukiran pena Y. Bouman tahun 1929. Barulah semenjak masa itu wisatawan absurd mulai tiba menikmati danau yng dikenal menyeramkan bagi masyarakat setempat. Orang-orang yng tiba bukan cuma pencinta keindahan, akan tetapi pula peneliti yng ingin tahu fenomena alam yng amat langka yang telah di sebutkan. Lantas pada 26 Februari 1992, daerah Kelimutu sudah ditetapkan menjadi Tempat Konservasi Alam Nasional.
Perubahan warna danau yng Suka terealisasi di tiga kawah terpisah bekas letusan Gunung Kelimutu itu menjadi keunikan yng tidak ada duanya di dunia. Perubahan warna diduga penyebabnya yaitu acara Gunung Berapi Kelimutu, pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, terjadinya zat kimia terlarut, dan jawaban pantulan warna dinding serta dasar danau. Penjelasan singkat bahu-membahu perubahan warna air ke biru putih (saat ini hijau) dimungkinkan oleh perubahan komposisi kimia air kawah jawaban perubahan gas-gas gunung api, ataupun bisa pula jawaban meningkatnya suhu.
Sementara itu, meningkatnya konsentrasi besi (Fe) dalam fluida memicu warna merah sampai-sampai kehitaman (saat ini cokelat tua). Adapun warna hijau lumut dimungkinkan dari biota jenis lumut tertentu. Pemandangan di daerah itu Amat memesona. Kabut putih tebal yng bergerak perlahan menutupi puncak Gunung Kelimutu ( tidak lebih lebih 1.640 meter di atas permukaan laut) yakni satu dari sekian banyaknya pemandangan yng Amat khas di sekeliling tiga danau berwarna di atas puncak gunung. Sementara itu, masyarakat sekitar mempercayai sejarah wacana terjadinya Danau Kelimutu, yaitu wacana Bhua Ria (hutan lebat yng selalu berawan).Dahulu di sana bermukim Konde Ratu bersama rakyatnya. Di kalangan rakyat kala itu, terdapat dua tokoh yng Amat disegani, yakni Ata Polo si tukang sihir jahat serta kejam yng suka memangsa kita-kita, serta Ata Bupu yng dihormati karena sifatnya yng berbelas beri dan mempunyai penangkal sihir Ata Polo.
Meskipun mempunyai kekuatan mistik yng tinggi serta disegani masyarakat, keduanya berteman baik dan tunduk serta hormat kepada Konde Ratu. Ata Bupu dikenal menjdai petani yng mempunyai ladang kecil di pinggir Bhua Ria, sedangkan Ata Polo lebih suka berburu mangsa berupa kita-kita di seluruh jagat raya. Pada masa itu, ke hidup-an di Bhua Ria berlangsung damai serta tenteram, hingga kedatangan sepasang Ana Kalo (anak yatim piatu) yng meminta pinjaman Ata Bupu karena ditinggal kedua orang tuanya ke alam baka. Lantaran sifatnya yng berbelas beri, seruan kedua anak yatim piatu yang telah di sebutkan dikabulkan oleh Ata Bupu akan tetapi yang dengannya satu syarat, yakni orang-orang Perlu menuruti nasehatnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk tak meninggalkan areal ladangnya semoga tak dijumpai serta dimangsa oleh Ata Polo.
Pada suatu hari, Ata Polo tiba menjenguk Ata Bupu di ladangnya. Setibanya di ladang Ata Bupu, Ata Polo mencium amis menusuk (bau mangsa) dalam pondok Ata Bupu. Segera meleleh air liur Ata Polo yng lantas hendak mencari mangsanya di dalam pondok yang telah di sebutkan. Niat jahat Ata Polo yang telah di sebutkan diketahui oleh Ata Bupu yng segera menahan langkah Ata Polo sambil merekomendasikan kepadanya bagi atau bisa juga dikatakan untuk tiba kembali kelak sehabis bawah umur yang telah di sebutkan telah dewasa, karena masa ini orang-orang masih anak-anak, lagi juga dagingnya tentu tak sedap bagi atau bisa juga dikatakan untuk disantap. Saran ini diterima oleh Ata Polo, yng lantas pergi meninggalkan Ata Bupu yng sedang kebingungan mikirin tatacara paling baik menyelamatkan dua anak kita-kita tadi. Ancaman Ata Polo tadi begitu menakutkan bagi kedua anak kita-kita yang telah di sebutkan, mengakibatkan disaat orang-orang mulai beranjak remaja ataupun menjadi Ko’ofai (gadis muda) serta Nuwa Muri (pemuda), orang-orang memohon izin pada Ata Bupu bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencari daerah persembunyian di gua-gua yng ada di luar ladang Ata Bupu. Orang-orang alhasil sukses menemukan sebuah gua yng terlindung tumbuhan rotan serta akar beringin.
Disaat tiba saatnya, sesuai waktu yng sudah disepakati, Ata Polo mendatangi pondok Ata Bupu bagi atau bisa juga dikatakan untuk menagih janji. Akan tetapi karena disaat tiba di pondok Ata Bupu, dilihatnya kedua anak yang telah di sebutkan tak berada di tempat, maka Ata Polo pun murka serta menyerang Ata Bupu yang dengannya ganasnya. Menanggapi serangan Ata Polo yng tak main-main, Ata Bupu segera membalas serangan itu yang dengannya ilmu andalannya “magi puti” bagi atau bisa juga dikatakan untuk menangkal “magi hitam” Ata Polo.
Pada awal mulanya perkelahian keduanya berjalan seimbang karena keduanya mempunyai ilmu yng tinggi serta setingkat. Akan tetapi, usang kelamaan tenaga Ata Bupu yng telah bau tanah kian melemah, sementara gempuran semburan api Ata Polo makin gencar serta menjadi-jadi. Ata Bupu cuma bisa mengelak yang dengannya gempa bumi. Akibatnya timbul gempa bumi serta kebakaran besar sampai-sampai kaki gunung Kelimutu. Disaat terasa tidak bisa atau bisa lagi menandingi kekuatan Ata Polo, Ata Bupu menetapkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk raib ke perut bumi. Akibatnya Ata Polo menjadi makin murka serta menggila. Disaat mencim amis dua remaja yng tengah bersembunyi di dalam gua, Ata Polo pun bertambah beringas. Akan tetapi takdir alhasil memilih bahu-membahu Ata Polo Perlu tewas di telan bumi karena sepak terjangnya yng kelewatan. Kedua remaja yng tengah bersembunyi pula turut menjadi korban. Gua daerah persembunyian Ko’ofai serta Nuwa Muri runtuh jawaban gempa serta menguburkan keduanya hidup-hidup. Beberapa masa sehabis fenomena itu, ditempat Ata Bupu raib ke perut bumi, timbul danau berwarna biru. Di daerah Ata Polo tewas ditelan bumi terbentuk danau yng warna airnya merah darah yng selalu bergolak. Sedangkan di daerah persembunyian Ko’ofai serta Nuwa Muri, terbentuk sebuah danau yang dengannya warna air hijau tenang.
Ketiga danau berwarna yang telah di sebutkan, masing-masing oleh masyarakat setempat diberi nama sesuai yang dengannya sejarah terbentuknya tadi, yakni Tiwu Ata Polo (dipercayai menjdai danau daerah berkumpulnya arwah-arwah para tukan tenung ataupun orang jahat yng meninggal), Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai (dipercayai menjdai danau daerah berkumpulnya arwah muda mudi yng meninggal), serta Tiwu Ata Mbupu (dipercayai menjdai danau daerah berkumpulnya arwah-arwah para tetua yng telah meninggal). Nah Sobat. demikian tadi kisah wacana sejarah Danau Tiga Warna, Danau Kelimutu. Hingga masa ini, warga sekitar percaya bahu-membahu orang-orang bisa melaksanakan kontak yang dengannya arwah orang bau tanah ataupun leluhur orang-orang yang dengannya memanggil nama orang bau tanah ataupun leluhurnya sebanyk tiga kali di depan Tiwu Ata Mbupu. Umumnya usai melaksanakan panggilan di danau ini, arwah orang tuanya ataupun leluhur akan tiba serta menawarkan petunjuk melalui mimpi. Hal ini Suka di lakukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperoleh petunjuk andai terealisasi musibah, semisal kehilangan barang ataupun ternak.
Sumber : Internet
Sumber Rujukan Dan Gambar :
0 Response to "Danau Tiga Warna Kelimutu"
Post a Comment