Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
Agama Islam yakni agama yng dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Agama ini lahir di antaranya menjdai reaksi atas rendahnya sopan santun kita-kita pada era itu. Kita-kita pada era itu hidup dalam keadaan sopan santun yng rendah dan kebodohan (jahiliah). Orang-orang telah tak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu memicu kita-kita berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lain-lainnya merajalela. Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Lantaran penyebaran agama gres ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad lantas pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
Muhammad mendirikan wilayah kekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Muhammad lantas berusaha menyebarluaskan Islam yang dengannya memperluas wilayahnya. Sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah. Dibawah kepemimpinan para khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Hingga kala ke-8 saja, efek Islam sudah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol. Lantas pada masa dinasti Ummayah, efek Islam mulai berkembang sampai-sampai Nusantara.
Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Pendapat dari beberapa sejarawan, agama Islam gres masuk ke Indonesia pada kala ke-13 Masehi yng dibawa oleh para pedagang muslim. Walaupun begitu, belum diketahui secara niscaya semenjak kapan Islam masuk ke Indonesia karena para mahir masih berbeda pendapat mengenai hal yang telah di sebutkan. Setidaknya ada tiga teori yng berupaya menjelaskan perihal proses masuknya Islam ke Indonesia yakni teori Mekkah, teori Gujarat, dan teori Persia.
1. Teori Gujarat, Teori yng dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini menyatakan bersama-sama agama Islam gres masuk ke Nusantara pada kala ke-13 Masehi yng dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
2. Teori Persia, Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat. Teori Persia ini menyatakan bersama-sama agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia (saat ini Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan masyarakat Islam Indonesia yang dengannya Persia.
3. Teori Mekkah, Teori ini merupakan teori gres yng muncul bagi atau sanggup juga dikatakan untuk menyanggah bersama-sama Islam gres hingga di Indonesia pada kala ke-13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Teori ini menyampaikan bersama-sama Islam masuk ke Indonesia pribadi dari Mekkah (arab) menjdai sentra agama Islam semenjak kala ke-7. Teori ini didasari oleh sebuah gosip dari Cina yng menyatakan bersama-sama pada kala ke-7 telah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Sebuah kerikil nisan berhuruf Arab milik seorang perempuan muslim berjulukan Fatimah Binti Maemun yng didapati di Sumatera Utara dan diperkirakan berasal dari kala ke-11 pula menjadi bukti bersama-sama agama Islam telah masuk ke Indonesia jauh sebelum kala ke-13.
Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya islam di Indonesia di lakukan secara damai yang dengannya tatacara mengikuti keadaan yang dengannya istiadat istiadat penduduk lokal yng sudah lebih dulu ada. Ajaran-ajaran Islam yng mengajarkan persamaan derajat, tak membeda-bedakan si miskin dan si kaya, si besar lengan berkuasa dan si lemah, rakyat kecil dan penguasa, tak adanya system kasta dan menganggap seluruh orang percis kedudukannya dihadapan Tuhan sudah menciptakan agama Islam perlahan-lahan mulai memeluk agama Islam.
Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia di lakukan secara damai dan di lakukan yang dengannya cara- tatacara menjdai berikut :
1. Melalui Tatacara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan maritim yng menghubungkan antara China dan kawasan lain di Asia. Letak Indonesia yng Amat strategis ini menciptakan kemudian lintas perdagangan di Indonesia Amat padat karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia salah satunya para pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang muslim ini tidak sedikit yng tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara. Para pedagang ini pula tidak jarang berusaha mendatangkan para ulama dan mubaligh dari negeri asal orang-orang ke nusantara. Para ulama dan mubaligh yng tiba atas permintaan para pedagang ini ia yng diduga mempunyai satu dari sekian banyaknya tugas penting dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia. Para pedagang itu tiba dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di kawasan pesisir. Malaka yakni sentra transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka semisal Perlak dan Samudra Pasai pula didatangi para pedagang.
Orang-orang tinggal di tempat-tempat yang telah di sebutkan dalam waktu yng lama, bagi atau sanggup juga dikatakan untuk menunggu datangnya angin musim. Pada era menunggu ini dia, terealisasi pembauran antarpedagang dari berbagai bangsa dan antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya malah agama. Bukan cuma melaksanakan perdagangan, malah pula terealisasi asimilasi melalui perkawinan. Di antara para pedagang yang telah di sebutkan, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yng biasanya beragama Islam. Orang-orang mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia yng memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam semakin tidak sedikit. Malah lantas berkembang perkampungan para pedagang Islam di kawasan pesisir.
Penduduk setempat yng sudah memeluk agama Islam lantas berbagi Islam kepada sesama pedagang, pula kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar yang telah di sebutkan pula ada yng menikah yang dengannya penduduk setempat mengakibatkan lahirlah keluarga dan bawah umur yng Islam. Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun mengakibatkan balasannya muncul sebuah komunitas Islam, yng sehabis besar lengan berkuasa balasannya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
2. Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap menjdai kelangan yng terpandang. Hal ini memicu tidak sedikit penguasa pribumi tertarik bagi atau sanggup juga dikatakan untuk menikahkan anak gadis orang-orang yang dengannya para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim berlebi dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim yang dengannya penguasa lokal ini makin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.
3. Melalui Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan Islam mulai di lakukan sehabis masyarakat islam terbentuk. Pendidikan di lakukan di pesantren maupun di pondok yng dibimbing oleh guru agama, ulama, maupun kyai. Para santri yng sudah lulus akan pulang ke kampung halamannya dan akan mendakwahkan Islam di kampung masing-masing.
4. Melalui Kesenian
Wayang merupakan satu dari sekian banyaknya sarana kesenian bagi atau sanggup juga dikatakan untuk berbagi islam kepada penduduk lokal. Sunan Kalijaga merupakan satu dari sekian banyaknya tokoh terpandang yng mementaskan wayang bagi atau sanggup juga dikatakan untuk mengenalkan agama Islam. Cerita wayang yng dipentaskan umumnya dipetik dari dongeng Mahabrata ataupun Ramayana yng lantas disisipi yang dengannya nilai-nilai Islam.
5. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar yakni tempat berlabuh kapal-kapal ataupun persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar pula yakni sentra perdagangan, malah pula digunakan menjdai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Menjdai negara kepulauan yng terdapat atau terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia mempunyai tidak sedikit bandar. Bandar-bandar ini mempunyai peranan dan arti yng penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia. Di bandar-bandar ini ia para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Yang dengannya demikian, bandar menjadi pintu masuk dan sentra penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota sentra kerajaan yng bercorak Islam pada umunya terdapat atau terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar yang telah di sebutkan biasanya tumbuh menjadi kota malah ada yng menjadi kerajaan, semisal Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Tidak sedikit pemimpin bandar yng memeluk agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun lantas tidak sedikit memeluk agama Islam. Peranan bandar-bandar menjdai sentra perdagangan sanggup kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yng penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota yang telah di sebutkan, contohnya di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu. Begitu pula di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lain-lainnya. Dari uraian di atas sanggup disimpulkan bersama-sama kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam mempunyai ciri-ciri yng hampir percis antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan). 6. Peranan Para Wali dan Ulama
Satu dari sekian banyaknya tatacara penyebaran agama Islam yakni yang dengannya tatacara mendakwah. Di samping menjdai pedagang, para pedagang Islam pula berperan menjdai mubaligh. Ada pula para mubaligh yng tiba bersama pedagang yang dengannya misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan yang dengannya tatacara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, yang dengannya mempergunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini menggunakan bentuk akulturasi, yakni mempergunakan jenis budaya setempat yng dialiri yang dengannya fatwa Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini pula mendirikan pesantren-pesantren menjdai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam di lakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali yakni orang yng telah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini akrab yang dengannya kalangan istana. Merekalah orang yng memperlihatkan legalisasi atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Orang-orang pula merupakan penasihat sultan. Lantaran akrab yang dengannya kalangan istana, orang-orang lantas diberi gelar sunan ataupun susuhunan (yng dijunjung tinggi). Kesembilan wali yang telah di sebutkan merupakan semisal berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Ini ia wali yng pertama tiba ke Jawa pada kala ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau yakni perancang pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yng Amat berjiwa sosial.
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yng Amat bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama yang dengannya tatacara menyesuaikan yang dengannya lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yakni Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama yang dengannya metode bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Spesialis seni bangunan. Hasil nya yakni Masjid dan Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terdapat atau terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Amat akrab yang dengannya rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
Sumber Rujukan Dan Gambar :
Muhammad mendirikan wilayah kekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Muhammad lantas berusaha menyebarluaskan Islam yang dengannya memperluas wilayahnya. Sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah. Dibawah kepemimpinan para khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Hingga kala ke-8 saja, efek Islam sudah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol. Lantas pada masa dinasti Ummayah, efek Islam mulai berkembang sampai-sampai Nusantara.
Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Pendapat dari beberapa sejarawan, agama Islam gres masuk ke Indonesia pada kala ke-13 Masehi yng dibawa oleh para pedagang muslim. Walaupun begitu, belum diketahui secara niscaya semenjak kapan Islam masuk ke Indonesia karena para mahir masih berbeda pendapat mengenai hal yang telah di sebutkan. Setidaknya ada tiga teori yng berupaya menjelaskan perihal proses masuknya Islam ke Indonesia yakni teori Mekkah, teori Gujarat, dan teori Persia.
1. Teori Gujarat, Teori yng dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini menyatakan bersama-sama agama Islam gres masuk ke Nusantara pada kala ke-13 Masehi yng dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
2. Teori Persia, Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat. Teori Persia ini menyatakan bersama-sama agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia (saat ini Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan masyarakat Islam Indonesia yang dengannya Persia.
3. Teori Mekkah, Teori ini merupakan teori gres yng muncul bagi atau sanggup juga dikatakan untuk menyanggah bersama-sama Islam gres hingga di Indonesia pada kala ke-13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Teori ini menyampaikan bersama-sama Islam masuk ke Indonesia pribadi dari Mekkah (arab) menjdai sentra agama Islam semenjak kala ke-7. Teori ini didasari oleh sebuah gosip dari Cina yng menyatakan bersama-sama pada kala ke-7 telah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Sebuah kerikil nisan berhuruf Arab milik seorang perempuan muslim berjulukan Fatimah Binti Maemun yng didapati di Sumatera Utara dan diperkirakan berasal dari kala ke-11 pula menjadi bukti bersama-sama agama Islam telah masuk ke Indonesia jauh sebelum kala ke-13.
Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya islam di Indonesia di lakukan secara damai yang dengannya tatacara mengikuti keadaan yang dengannya istiadat istiadat penduduk lokal yng sudah lebih dulu ada. Ajaran-ajaran Islam yng mengajarkan persamaan derajat, tak membeda-bedakan si miskin dan si kaya, si besar lengan berkuasa dan si lemah, rakyat kecil dan penguasa, tak adanya system kasta dan menganggap seluruh orang percis kedudukannya dihadapan Tuhan sudah menciptakan agama Islam perlahan-lahan mulai memeluk agama Islam.
Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia di lakukan secara damai dan di lakukan yang dengannya cara- tatacara menjdai berikut :
1. Melalui Tatacara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan maritim yng menghubungkan antara China dan kawasan lain di Asia. Letak Indonesia yng Amat strategis ini menciptakan kemudian lintas perdagangan di Indonesia Amat padat karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia salah satunya para pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang muslim ini tidak sedikit yng tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara. Para pedagang ini pula tidak jarang berusaha mendatangkan para ulama dan mubaligh dari negeri asal orang-orang ke nusantara. Para ulama dan mubaligh yng tiba atas permintaan para pedagang ini ia yng diduga mempunyai satu dari sekian banyaknya tugas penting dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia. Para pedagang itu tiba dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di kawasan pesisir. Malaka yakni sentra transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka semisal Perlak dan Samudra Pasai pula didatangi para pedagang.
Orang-orang tinggal di tempat-tempat yang telah di sebutkan dalam waktu yng lama, bagi atau sanggup juga dikatakan untuk menunggu datangnya angin musim. Pada era menunggu ini dia, terealisasi pembauran antarpedagang dari berbagai bangsa dan antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya malah agama. Bukan cuma melaksanakan perdagangan, malah pula terealisasi asimilasi melalui perkawinan. Di antara para pedagang yang telah di sebutkan, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yng biasanya beragama Islam. Orang-orang mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia yng memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam semakin tidak sedikit. Malah lantas berkembang perkampungan para pedagang Islam di kawasan pesisir.
Penduduk setempat yng sudah memeluk agama Islam lantas berbagi Islam kepada sesama pedagang, pula kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar yang telah di sebutkan pula ada yng menikah yang dengannya penduduk setempat mengakibatkan lahirlah keluarga dan bawah umur yng Islam. Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun mengakibatkan balasannya muncul sebuah komunitas Islam, yng sehabis besar lengan berkuasa balasannya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
2. Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap menjdai kelangan yng terpandang. Hal ini memicu tidak sedikit penguasa pribumi tertarik bagi atau sanggup juga dikatakan untuk menikahkan anak gadis orang-orang yang dengannya para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim berlebi dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim yang dengannya penguasa lokal ini makin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.
3. Melalui Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan Islam mulai di lakukan sehabis masyarakat islam terbentuk. Pendidikan di lakukan di pesantren maupun di pondok yng dibimbing oleh guru agama, ulama, maupun kyai. Para santri yng sudah lulus akan pulang ke kampung halamannya dan akan mendakwahkan Islam di kampung masing-masing.
4. Melalui Kesenian
Wayang merupakan satu dari sekian banyaknya sarana kesenian bagi atau sanggup juga dikatakan untuk berbagi islam kepada penduduk lokal. Sunan Kalijaga merupakan satu dari sekian banyaknya tokoh terpandang yng mementaskan wayang bagi atau sanggup juga dikatakan untuk mengenalkan agama Islam. Cerita wayang yng dipentaskan umumnya dipetik dari dongeng Mahabrata ataupun Ramayana yng lantas disisipi yang dengannya nilai-nilai Islam.
5. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar yakni tempat berlabuh kapal-kapal ataupun persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar pula yakni sentra perdagangan, malah pula digunakan menjdai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Menjdai negara kepulauan yng terdapat atau terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia mempunyai tidak sedikit bandar. Bandar-bandar ini mempunyai peranan dan arti yng penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia. Di bandar-bandar ini ia para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Yang dengannya demikian, bandar menjadi pintu masuk dan sentra penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota sentra kerajaan yng bercorak Islam pada umunya terdapat atau terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar yang telah di sebutkan biasanya tumbuh menjadi kota malah ada yng menjadi kerajaan, semisal Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Tidak sedikit pemimpin bandar yng memeluk agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun lantas tidak sedikit memeluk agama Islam. Peranan bandar-bandar menjdai sentra perdagangan sanggup kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yng penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota yang telah di sebutkan, contohnya di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu. Begitu pula di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lain-lainnya. Dari uraian di atas sanggup disimpulkan bersama-sama kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam mempunyai ciri-ciri yng hampir percis antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan). 6. Peranan Para Wali dan Ulama
Satu dari sekian banyaknya tatacara penyebaran agama Islam yakni yang dengannya tatacara mendakwah. Di samping menjdai pedagang, para pedagang Islam pula berperan menjdai mubaligh. Ada pula para mubaligh yng tiba bersama pedagang yang dengannya misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan yang dengannya tatacara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, yang dengannya mempergunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini menggunakan bentuk akulturasi, yakni mempergunakan jenis budaya setempat yng dialiri yang dengannya fatwa Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini pula mendirikan pesantren-pesantren menjdai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam di lakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali yakni orang yng telah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini akrab yang dengannya kalangan istana. Merekalah orang yng memperlihatkan legalisasi atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Orang-orang pula merupakan penasihat sultan. Lantaran akrab yang dengannya kalangan istana, orang-orang lantas diberi gelar sunan ataupun susuhunan (yng dijunjung tinggi). Kesembilan wali yang telah di sebutkan merupakan semisal berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Ini ia wali yng pertama tiba ke Jawa pada kala ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau yakni perancang pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yng Amat berjiwa sosial.
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yng Amat bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama yang dengannya tatacara menyesuaikan yang dengannya lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yakni Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama yang dengannya metode bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Spesialis seni bangunan. Hasil nya yakni Masjid dan Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terdapat atau terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Amat akrab yang dengannya rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
Sumber Rujukan Dan Gambar :
0 Response to "Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia"
Post a Comment