Cegah Duduk Masalah Sosial, Pembelajaran Ips Perlu Penyempurnaan
Kesungguhan guru menjadi hal yang vital untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS demi kualitas insan Indonesia di masa mendatang. |
Ilmu pengetahuan sosial sebagaimana dikatakan pada sebuah buku berjudul “Menelisik Pendidikan IPS Dalam Perspektif Kontekstual Empiris” (Lasmawan,2010), bahwa IPS ialah mata pelajaran yang merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sosial yang mengajarkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan kepada siswa untuk memahami lingkungan dan masalah-masalah sosial di sekitarnya, serta aneka macam bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini bermakna sesungguhnya IPS ditujukan semoga siswa mempunyai nilai, sikap, dan keterampilan disamping pengetahuan. Pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial inilah yang secara utuh sesungguhnya sanggup menjadi solusi dalam mencegah terjadinya aneka macam permasalahan sosial.
Melihat tujuaannya, pembelajaran ilmu pengetahuan sosial menjadi sangat penting bagi generasi bangsa. Tetapi sayang, kenyataannya ketika ini tidak sedikit siswa memandang bahwa ilmu pengetahuan sosial sangat membosankan dalam pembelajarannya, sehingga menciptakan akseptor didik tidak mendapat substansi dari tujuan IPS itu. Pengetahuan, nilai, sikap, ataupun keterampilan yang harus dimiliki siswa tidak terbentuk menyerupai yang diharapkan.
Baca juga: Nasib IPA dan IPS di Kurikulum Pendidikan Baru
Jika ditelusuri penyebabnya, salah satu hal yang menjadikan tidak dicapainya substansi pembelajaran IPS ialah cara membelajarkan IPS. Yang bertanggung-jawab membelajarkan IPS tentu saja ialah guru. Dengan demikian, sekali lagi guru menjadi impian bangsa dengan menjadi ujung tombak penyempurnaan pembelajaran IPS.
Sejauh pengamatan, selama ini ada beberapa hal yang dilupakan para guru dalam membelajarkan IPS. Sebagian besar guru terlalu memaksakan hafalan-hafalan untuk membangun pengetahuan yang diharapkan. Peserta didik dihadapkan pada tuntutan untuk mengingat tempat, tokoh, peristiwa, dan lain sebagainya tanpa memperlihatkan ruang kepada siswa untuk memaknai apa yang ada di balik insiden tersebut. Paksaan untuk mengingat sesuatu yang tampaknya kurang menarik dan tak berkhasiat itulah yang sesungguhnya memicu anggapan bahwa IPS membosankan.
Terkait dengan pandangan bahwa pembelajaran IPS itu membosankan, perlu taktik tertentu untuk menyempurnakan pembelajaran IPS semoga mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu solusi yang sanggup ditawarkan dalam membelajarkan IPS ialah dengan menghadirkan rekonstruksi suatu peristiwa, memaksimalkan keterlibatan akseptor didik, dan melaksanakan refleksi dalam membelajarkan akseptor didik. Untuk melaksanakan hal tersebut, guru diperlukan lebih kreatif lagi dalam tiap langkah tersebut. Kreatifitas guru sangat penting dalam mengatasi kemungkinan timbulnya kebosanan dalam diri akseptor didik. Salah satu taktik yang ditawarkan sanggup digambarkan sebagai berikut.
Pertama penting untuk menghadirkan kenyataan dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak akan membosankan apabila ada situasi konkret yang dihadapi oleh akseptor didik. Jika tidak ada video, rekaman suara, ataupun gosip yang sanggup digunakan untuk menyuguhkan kenyataan tersebut, maka sanggup dilakukan kreasi dengan merekonstruksi insiden yang dipelajari dengan memainkan suatu drama singkat menurut buku atau sumber yang sanggup dipercaya. Setelah suatu insiden direkonstruksi oleh akseptor didik, maka tahap yang kedua ialah melaksanakan refleksi dari insiden yang disuguhkan tersebut.
Dalam acara refleksi tidaklah sesederhana menarik sebuah kesimpulan saja. Dalam refleksi, akseptor didik harus didorong untuk berpikir kritis terhadap fenomena yang telah disajikan. Selain itu, dalam refleksi, pemikiran kritis juga harus dilandasi dengan penafsiran dari aneka macam sudut pandang untuk menghindarkan akseptor didik dari contoh pikir yang sempit yang sanggup menumbuhkan egoisme dalam dirinya.
Tahap yang terakhir ialah perumusan solusi. Sebesar dan sekompleks apapun suatu problem atau fenomena yang disajikan, sebaiknya akseptor didik dibiasakan untuk memikirkan solusi dari permasalahan tersebut. Hal ini penting untuk menghindarkan akseptor didik semoga tidak menjadi orang yang hanya sanggup mengungkap suatu problem tanpa sanggup memperlihatkan solusi yang nyata. Maka penting untuk akseptor didik dibiasakan untuk mencari-cari solusi di tengah perbedaan. Diskusi-diskusi wacana solusi yang diajukan sekali lagi akan mengarah pada penyesuaian akseptor didik untuk menghormati pendapat orang lain dan mengerti sudut pandang orang lain demi tujuan mencapai solusi bersama.
Dalam taktik pengungkapan masalah, berpikir kritis, dan perumusan solusi yang ditawarkan tersebut, ada banyak hal yang sanggup menciptakan akseptor didik menjadi insan seutuhnya suatu ketika nanti. Akan tetapi sesungguhnya taktik tersebut tidaklah gampang untuk dilakukan, apalagi bagi guru yang “seadanya dan “sekedarnya” dalam mengawal pembelajaran. Perlu kreativitas guru dalam melaksanakan taktik tersebut untuk sanggup membentuk kognitif, afektif, dan psikomotor akseptor didik secara maksimal. Sekali lagi, kesungguhan guru menjadi hal yang vital untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS demi kualitas insan Indonesia di masa mendatang. Bila pembelajaran IPS ini sanggup dilakukan dengan baik, gurulah yang menjadi pendekar dibalik keberhasilan kehidupan sosial bangsa ini di masa mendatang. Mari memulai dari diri kita sendiri, dengan bersungguh-sungguh sebagai modal utama.
*) Ditulis oleh I Gede Indra Supriadi. Guru SD Negeri 9 Sesetan, Denpasar
Anda juga sanggup mengirimkan goresan pena ke di sini
0 Response to "Cegah Duduk Masalah Sosial, Pembelajaran Ips Perlu Penyempurnaan"
Post a Comment